Kamis, 29 September 2011

Mekanisme Ereksi

Jika anda memiliki akun twitter dan anda sedang membukanya, So Please klik link:


Jika anda sedang membuka akun fb dan ingin mengirim alamat posting ini kedinding anda, silahkan klik jempol dibawah:





Anatomi Penis

Penis terdiri dari bagian 3 bagian yaitu basis, batang penis dan kepala penis (glans penis). Basis (base) penis melekat pada tulang pelvis sementara batang penis dominan menggantung. Panjang penis yang dapat teramati sebenarnya adalah panjang penis yang menggantung dari pangkal ke ujung glans penis. Penis di tutupi oleh kulit dengan banyak reseptor saraf sehingga sensitif terhadap stimulasi rabaan, tekanan, temperatur dan nyeri. Bagian kulit yang menutupi glans penis disebut prepuce (preputium), yang akan diambil (dipotong) pada saat sirkumsisi (khitan/sunat).

Penis memiliki jaringan erektil yaitu 2 corpus cavernosum dan 1 corpus spongiosum. Jaringan erektil berupa jaringan berongga (sinusoid-sinusoid) yang tersusun dari sel-sel otot polos. Kontraksi dan relaksasi sel-sel otot polos ini bersifat involunter atau tidak disadari. Sinusoid dibatasi oleh tunica albuginea yaitu jaringan ikat yang kuat. Tunica albuginea pada corpus cavernosum lebih tebal daripada di corpus cavernosum. Tunica albuginea ini merupakan pembatas sebesar apa jaringa erektil penis bisa terisi darah dan membesar saat ereksi. Pada glans penis tidak terdapat tunica albuginea.

Adanya tunica albuginea dan ketebalan yang berbeda mempengaruhi tingkat kekerasan bagian penis. Pada kondisi ereksi penuh bagian penis yang paling keras adalah corpus cavernosum (di kanan-kiri) kemudian corpus spongiosum (di depan atau di bagian uretra) dan yang terakhir bagian glans penis.

Proses Ereksi

A. Peran Vaskuler (Pembuluh Darah)
Ereksi sebenarnya sangat terkait dengan darah dan pembuluh darah. Tingkat ereksi tergantung pada keseimbangan antara aliran darah arteri menuju penis dan aliran darah vena keluar dari penis. Ketika aliran darah arteri rendah atau sedikit maka penis dalam kondisi tidak ereksi (flaccid), sedangkan bila aliran arteri meningkat dan aliran darah vena keluar rendah, maka terjadilah ereksi.

B. Peran Otot Polos
Otot polos terdapat pada dinding pembuluh darah dan jaringan erektil. Apabila otot polos berkontraksi, maka pembuluh darah menyempit (vasokontriksi) yang menyebabkan aliran darah berkurang. Sebaliknya bila otot polos pembuluh darah melebar (vasodilatasi) maka aliran darah akan bertambah. Begitu pula dengan otot polos jaringan erektil. Bila kontriksi maka akan susah mengembang terisi darah sehingga penis tidak ereksi (flaccid). Bila relaksasii, tahanan jaringan erektil berkurang sehingga mudah terisi darah dan mengembang (ereksi). Otot polos ini bersifat tidak disadari, dan di bawah pengaruh saraf otonom.

C. Peran Saraf
Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaccid, saraf otonom yang dominan adalah saraf simpatis. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus cavernosum dan spongiosa). Akibatnya aliran ke penis akan rendah. Sebaliknya pada saat kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis dominan. Parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteri dan relaksasi otot polos jaringan erektil sehingga aliran darah ke penis meningkat.

Tahapan Ereksi

Fase 0
Penis flaccid. Vasokontriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil. Ruang sinusoid kosong dari darah.
Fase 1: Fase pengisian
Terjadi stimulasi parasimpatis. Vasodilatasi arteri. Relaksasi otot polos jaringan erektil. Darah mengisi sinusoid. Tekanan dalam jaringan erektil (intracavernosal) masih sama.
Fase 2: Tumescent
Terjadi peningkatan tekanan dalam jaringan erektil (intracavernosal) Tekanannya lebih dari tekanan diastolik. Darah masuk ke arteri pada saat sistolik. Bersamaan dengan mengembangnya penis, terdapat penekanan terhadap vena-vena, sehingga aliran ke luar penis menjadi minimal.
Fase 3: Fase Ereksi penuh
Tekanan intracavernosal mencapai 90% tekanan darah sistolik. Aliran arteri berkurang tapi masih lebih besar daripada saat flaccid. Penekanan terhadap vena-vena akan meningkat sehingga aliran balik sangat kecil.
Fase 4: Fase Ereksi Rigid (kaku)
Otot ischiocavernosus akan berkontraksi sehingga menekan dasar penis sehingga meningkatkan tekanan intracavernosal di atas tekanan sistolik. Penis menjadi kaku dan membesar maksimal. Karena merupakan otot lurik, otot ischicavernosus dapat secara sadar dikontraksikan atau secara refleks (bulbocavernosus refeks). Adanya kontraksi otot ini akan menjaga kekakuan penis saat berhubungan seksual.
Kontraksi otot bulbocavernosus membuat aliran darah arteri dan vena terhenti sehingga semacam menjebak darah di penis (veno-occlusive mechanism). Lama-kelamaan otot ini bisa kelelahan sehingga terjadi relaksasi yang menyebabkan tekanan intracavernosal kembali ke fase sebelumnya (ereksi penuh). Aliran darah menjadi terjadi lagi.
Fase 5: Fase Detumescence awal
Terjadi sedikit peningkatan tekanan intracavernosal karena kontraksi otot polos jaringan erektil yang kemungkinan diinduksi saraf simpatis. Hal ini kemungkinan sebagai respon adanya sumbatan aliran vena.
Fase 6: Fase Detumescence lambat
Otot polos jaringan erektil berkontraksi, vasokontriksi arteri dan penurunan tekanan intracavernosa menyebabkan penurunan penekanan pada vena. Penurunan ini mnyebabkan peningkatan aliran balik vena.
Fase 7: Fase Detumescence cepat
Stimulasi simpatis menyebabkkan penurunan yang cepat dari aliran arteri dan tekanan intracavernosa. Sehingga penis dengan cepat mengecil menjadi flaccid.

Pertanyaan:
a. Apakah penis bisa diperbesar?
b. Apakah yang mempengaruhi besar dan kekerasan penis orang dewasa ketika ereksi?
c. Penyakit-penyakit apa saja yang mempengaruhi kualitas ereksi?
d. Mengapa orang stress emosional kemungkinan besar mengalami gangguan ereksi?
e. Apakah otot polos penis dapat dilatih?
f. Apakah melatih otot ischiocavernosus akan meningkatkan kualitas ereksi?
Sumber: http://nurmanali.blogspot.com/

1 komentar: